“AWALI
DENGAN KEJUJURAN”
ditulis oleh Ros Sagitarani
Saya sering mendengar ungkapan tersebut
dari teman saya yang mengajar PKN (poke: Sumarno). Pastilah siswa saya juga
lebih sering mendengar ajakan tersebut dari gurunya. Mengapa hal ini masih
sering didengungkan? Mungkin karena kurangnya kejujuran di lingkungan kita.
Benarkah??
Ada
cerita unik yang pernah saya baca di Facebook: Kalau orang Amerika kentut maka
ia katakana “forgive me”.Kalau orang
Inggris kentut akan katakan “pardon me”.Kalau
orang Singapur kentut akan katakana “ I’m
sorry”. Sedangkan kalau orang Indonesia kentut akan katakana “not me,not me!” Benarkah orang Indonesia
sudah membudayakan kebohongan?
Sebagai
kordinator koperasi sekolah, saya selalu kulakan
atribut topi dan dasi tiga kali lebih banyak dari atribut lainnya.Mengapa?
karena sering saya mendapati siswa beli atribut tersebut berkali-kali. Ketika
saya Tanya mengapa kok sering beli topi? Bukankah tiga hari yang lalu sudah
beli? Maka jawab siswa tersebut adalah, “hilang lagi Bu, padahal sudah saya
simpan di dalam tas lho!” dan Jawaban seperti itu tidak hanya sekali saya
dengar, tapi berkali-kali dan dari semua lapisan/jenjang kelas yang
berbeda-beda.
Saya
pernah datang ke sekolah lain dalam rangka lomba siswa. Ketika saya melewati
lorong/teras kelas, saya melihat ada etalase di sebuah sudut teras. Saya
tertarik membaca tulisan yang terpampang di etelase tersebut. “BARANG-BARANG
YANG TERTINGGAL”. Lalu ada tulisan lebih kecil terbaca begini: “Bagi yang mau
mengambil, silahkan hubungi petugas”. Dan saya perhatikan barang-barang yang tertinggal
tersebut ada pakaian OR, buku-buku, kotak makan (dengan merk terkenal mahal), hand
phone,ikat pinggang, topi,dan lain-lain.
Lantas
saya mulai berpikir, luar biasa tangan-tangan yang menyelamatkan barang-barang
tersebut. Artinya kejujuran sudah dibiasakan di lingkungan tersebut. Kapankah
hal tersebut terwujud di lingkungan kerja saya? Siapakah yang harus memulai? Guru? Siswa? Atau dari mas Fauji?
Jawabnya yang tepat adalah dimulai dari semua pihak!
Ada
beberapa orang yang terkenal karena kejujurannya dan dapat menginspirasi banyak
orang, Mereka adalah:
1.
Agus Chaerudin, 31 th.Mengembalikan uang Rp. 100 juta.
Oficcice boy di Bank
Syariah Mandiri, Bekasi ini ayah tiga anak dan hidup pas-pasan. Bahkan masih
tinggal bersama mertua ini mengaku bahwa orangtuanya selalu mengajarinya untuk
tidak menjadi pencuri. Kejujuran harus diutamakan. Pada suatu sore diawal
Agustus, dia menemukan uang tunai di tempat yang tidak disangkanya, yaitu
tempat sampah. Ternyata uang tersebut adalah milik bank yang tercecer krena
keteledoran teller. Atas kejujurannya itu Agus diberi hadiah sebesar Rp 175
juta dan piagam.
2. Mark Morant,38 th.
Mengembalikan 640.000 dolar AS.
Seorang petugas keamanan
ini menemukan uang yang dirupiahkan menjadi Rp. 6,08 miliar di lingkungan
perumahan dimana dia bekerja. Uang tersebut terjatuh dari mobil pengangkut
uang. Akhirnya uang tersebut ia kembalikan dua hari kemudian.
3. Katsumasa Hibino, Pria
asal Nagoya Jepang.Mengembalikan 10.000 dolar AS.
Pria ini menemukan uang
yang dirupiahkan mencapai 95 juta, di
rumah yang baru ditempatinya.Uang tersebut adalah milik penghuni rumah yang
lama, seorang ibu tua. Katsumasa mengembalikan uang tersebut untuk member
teladan pada putrinya yang berusia 9 th. Pastilah putrinya itu bangga mempunyai
bapak yang jujur.
4. Jerri Mika. Mengembalikan
2 juta dolar AS.
Jerri sedang menunggu cek
sebesar 15 dolar dari departemen perdagangan Utah. Tapi cek yang dia terima
keliru menjadi sebesar 2 juta dollar, kalau dirupiah menjadi 19 miliar. Dia
berusaha mengembalikan namun hal itu sulit dilakukan, walau sudah dibantu oleh
kepolisian.Akhirnya uang tersebut diserahkan pada yayasan yang bergerak
membantu msyarakat miskin di Nepal.
5. Sia Ka Tian, 70 th.
Mengembalikan 1,1 juta dolar Singapura.
Seorang sopir taksi di
Singapura ini, menemukan tas hitam berisi uang yang jika dirupiahkan sebesar
8,6 miliar milik penumpang(turis Thailan) yang turun dan menghilang.Maka Sia Ka
Tian menyimpannya sampai pemiliknya menghubungi biro taksi tempat dia bekerja.
Setelah uang tersebut dikembalikan sang sopir yang jujur ini mendapatkan hadiah
dan penghargaan.
Sekarang mari kita intropeksi diri, seandainya kita
mengalami hal yang sama dengan para contoh diatas, apakah kita biasamenjunjung
kejujuran seperti mereka? Ataukah sebaliknya? Mampukah kita menjadi pahlawan
kejujuran dari lingkungan yang terkecil seperti keluarga misalnya? Segala
sesuatu kembali pada kita, mari awali dengan kejujuran!