Pada mulanya suasana di wilayah Kerajaan Daha (Kadiri) sangat tentram. Raja di
Daha bernama Airlangga. Di sana hidup seorang janda, yang
bernama Calon Arang, yang mempunyai anak yang cantik, yang bernama Ratna
Manggali. Mereka berdua tinggal di desa Girah, di wilayah Kerajaan Daha. Lama
tidak ada orang yang melamarnya. Semua orang di Girah, apalagi di Daha, tidak
ada orang di daerah pinggiran, tidak ada yang berani melamar anak si janda itu.
Oleh karena terdengar oleh negeri, bahwa beliau (janda) di Girah itu melakukan
yang cemar. Menjauhlah orang-orang melamar Manggali
i anak-anak OSIS , mulailah membuat naskah dengan mencari kesana kemari berbagai sumber dari internet, muncullah sebuah ide mengangkat sebuah cerita dari kitab Calon Arang yang diambil dari masa kerajaan Kediri, kemudian diberi judul “Pagebluk dari desa girah“cerita ini berkisah tentang seorang janda di desa girah yang mempunyai seorang anak sangat cantik tetapi tidak ada satupun pemuda desa berani melamar karena semua penduduk desa tahu bahwa calon arang sering melakukan tindakan yang tercela maka takutlah semua untuk meminang Ratna Manggali, karena merasa anaknya tidak ada yang meminang, timbullah kemarahan calon arang yang merasa dirinya dikesampingkan oleh masyarakat desa girah, mulailah ia menyebarkan tuah kepada seluruh masyarakat, semua rakyat banyak yang sakit, siang sakit sore meninggal, sore sakit pagi meninggal, timbulah keresahan masyarakat Kediri. Hal inipun terdengar oleh Raja Airlangga murkalah sang raja maka ia menugaskan patihnya yang bernama Patih Madri, namun kesaktian Patih Madri tidak bisa menandingi kesaktian Calon Arang maka binasalah ia karenanya, kematian patih Madri ini pun juga didengar oleh raja Airlangga maka ia menugaskan Empu Baradah untuk mengatasi kesaktian Calon Arang, nampaknya sang Empu Baradahpun juga ragu untuk mengahadpi langsung kesaktian Calon Arang, ia menugaskan muridnya yang bernama Empu Bahula untuk mencari tahu kesaktian Calon Arang, Dengan siasat liciknya Empu baradah memerintahkan muridnya empu Bahula untuk meminang Ratna Manggali guna mendapatkan buku Lontar kesaktian Calon Arang, berangkatlah Bahula meminang Ratna Manggali tanpa rasa curiga sedikitpun Calon Arang menerima pinangan Empu Bahula dan menikahkan dengan putrinya Ratna Manggali, dalam cerita drama ini penulis sengaja membuat tokoh baru guna memberi bumbu roman pada cerita ini dengan menambahkan tokoh Putri Ayu yang berperan sebagai putri Empu Baradah, dalam cerita ini Putri Ayu dikisahkan sudah menjalin asmara dengan Empu Bahula dan ketika Empu Bahula menerima tugas untuk meminang Ratna Manggali ia harus meninggalkan Putri Ayu disinilah penulis berharap munculnya sebuah emosi bagi para penikmat drama ini. Akhir drama ini memang bisa ditebak dengan mudah Calon Arang meninggal dan Ratna Manggali dengan Empu Bahula, namun bagaimana dengan putri Ayu ?, berkat usulan dari beberapa pemain, akhir dari drama ini menampilkan putri ayu yang sedang merindukan Empu Bahula dan diakhiri dengan lagu Wedi Karo Bojomu, memberikan kesan bahwa Putri Ayu masih sangat mengharapkan kehadiran Empu Bahula meskipun si Empu sudah beristri,..he..he .sebuah akhir yang mengharukan,...Adapun pemain dari drama ini adalah Shabrina sebagai calon Arang, Pujangga sebagai Putri Ayu, Shafira sebagai Ratna Manggali, Ari Wijaya sebagai Empu Baradah, Rahaditya sebagai Empu Bahula, Nugroho sebagai Raja Airlangga, Irena Sebagai Ratu, Alifiansyah sebagi Patih Madri, Maulana Tri, Nanda, Septia Hena, Noza dan Iza Ayu sebagai NYi-Nyi murid Calon Arang, Rizki fahmi, Ibrahim, Andika, Alisha, Felicia, Reshita, Salsa dan Riska Aulia sebagai rakyat. Durasi dari drama ini 42 menit cukup panjang juga untuk sebuah drama perpisahan, semoga kedepan masih ada kesempatan untuk tampil kembali dengan cerita yang berbeda, Amin. (Sumarno Guritno)
Pengantar
Setelah satu tahun tidak ada kegiatan wisuda sepertinya mati juga kegiatan drama, apalagi kegiatan ekstra juga sudah tidak ada karena Pembina kegiatan ekstra drama bapak syukron harus kuliah S2 sehingga kegiatan ekstra terpaksa dihentikan, kebetulan ada acara wisuda kelas 9 hal ini tidak disia-siakan oleh OSIS SMPN 22 untuk mengelar kembali kegiatan drama yang sudah lama vakum tersebut, berawal dari iseng mengajak untuk tampil drama, ternyata mendapatkan sambutan yang luar biasa dar
i anak-anak OSIS , mulailah membuat naskah dengan mencari kesana kemari berbagai sumber dari internet, muncullah sebuah ide mengangkat sebuah cerita dari kitab Calon Arang yang diambil dari masa kerajaan Kediri, kemudian diberi judul “Pagebluk dari desa girah“cerita ini berkisah tentang seorang janda di desa girah yang mempunyai seorang anak sangat cantik tetapi tidak ada satupun pemuda desa berani melamar karena semua penduduk desa tahu bahwa calon arang sering melakukan tindakan yang tercela maka takutlah semua untuk meminang Ratna Manggali, karena merasa anaknya tidak ada yang meminang, timbullah kemarahan calon arang yang merasa dirinya dikesampingkan oleh masyarakat desa girah, mulailah ia menyebarkan tuah kepada seluruh masyarakat, semua rakyat banyak yang sakit, siang sakit sore meninggal, sore sakit pagi meninggal, timbulah keresahan masyarakat Kediri. Hal inipun terdengar oleh Raja Airlangga murkalah sang raja maka ia menugaskan patihnya yang bernama Patih Madri, namun kesaktian Patih Madri tidak bisa menandingi kesaktian Calon Arang maka binasalah ia karenanya, kematian patih Madri ini pun juga didengar oleh raja Airlangga maka ia menugaskan Empu Baradah untuk mengatasi kesaktian Calon Arang, nampaknya sang Empu Baradahpun juga ragu untuk mengahadpi langsung kesaktian Calon Arang, ia menugaskan muridnya yang bernama Empu Bahula untuk mencari tahu kesaktian Calon Arang, Dengan siasat liciknya Empu baradah memerintahkan muridnya empu Bahula untuk meminang Ratna Manggali guna mendapatkan buku Lontar kesaktian Calon Arang, berangkatlah Bahula meminang Ratna Manggali tanpa rasa curiga sedikitpun Calon Arang menerima pinangan Empu Bahula dan menikahkan dengan putrinya Ratna Manggali, dalam cerita drama ini penulis sengaja membuat tokoh baru guna memberi bumbu roman pada cerita ini dengan menambahkan tokoh Putri Ayu yang berperan sebagai putri Empu Baradah, dalam cerita ini Putri Ayu dikisahkan sudah menjalin asmara dengan Empu Bahula dan ketika Empu Bahula menerima tugas untuk meminang Ratna Manggali ia harus meninggalkan Putri Ayu disinilah penulis berharap munculnya sebuah emosi bagi para penikmat drama ini. Akhir drama ini memang bisa ditebak dengan mudah Calon Arang meninggal dan Ratna Manggali dengan Empu Bahula, namun bagaimana dengan putri Ayu ?, berkat usulan dari beberapa pemain, akhir dari drama ini menampilkan putri ayu yang sedang merindukan Empu Bahula dan diakhiri dengan lagu Wedi Karo Bojomu, memberikan kesan bahwa Putri Ayu masih sangat mengharapkan kehadiran Empu Bahula meskipun si Empu sudah beristri,..he..he .sebuah akhir yang mengharukan,...Adapun pemain dari drama ini adalah Shabrina sebagai calon Arang, Pujangga sebagai Putri Ayu, Shafira sebagai Ratna Manggali, Ari Wijaya sebagai Empu Baradah, Rahaditya sebagai Empu Bahula, Nugroho sebagai Raja Airlangga, Irena Sebagai Ratu, Alifiansyah sebagi Patih Madri, Maulana Tri, Nanda, Septia Hena, Noza dan Iza Ayu sebagai NYi-Nyi murid Calon Arang, Rizki fahmi, Ibrahim, Andika, Alisha, Felicia, Reshita, Salsa dan Riska Aulia sebagai rakyat. Durasi dari drama ini 42 menit cukup panjang juga untuk sebuah drama perpisahan, semoga kedepan masih ada kesempatan untuk tampil kembali dengan cerita yang berbeda, Amin. (Sumarno Guritno)
dipentaskan pada tanggal 2 Juni 2013 pada acara wisuda kelas 9 di SMPN 22 Malang
Teruskan, dan tampil lagi di HUT SMP 22 dengan cerita yang lebih inovatif. Terus berjaya Teater SPENDUDA.....
BalasHapussiap komandan...
Hapus