Relief Garudea pada candi kidal membuat anak-anak jurnalis Basis 22 terkesan dengan ceritanya hingga enggan pulang.
Dimana pada (sisi
selatan) ada relief Garuda
memanggul ular, ( sisi timur ) Garuda memanggul Guci Amarta
, ( sisi
utara ) Garuda memanggul Dewi
Winata. Diantara ketiga relief tersebut, relief
kedua adalah yang paling indah dan utuh
Cerita ini memiliki makna pelepasan
jiwa (moksa). Garuda yang dapat melepaskan ibunya dari perbudakan
saudaranya sendiri disamakan dengan Jiwa Raja Anusopati yang terlepas dari kehidupan dunia dan
mencapai moksa.
Mitos Garudheya hidup di kalangan masyarakat Jawa kuno, khususnya
yang mendapat pengaruh Hinduisme. Mitos ini mengisahkan perjuangan seorang anak
untuk membebaskan ibunya dari penderitaan. Alkisah di sebuah pertapaan, tinggal
seorang resi bernama Resi Kasyapa dengan dua orang istrinya, Dewi Winata dan
Dewi Kadru. Walaupun kedua istri sang resi tersebut bersaudara kandung, namun
di antara keduanya terjadi persaingan keras untuk mendapatkan perhatian yang
lebih dari suaminya. Oleh karena itu, keduanya merasa gelisah ketika mereka tak
juga dikaruniai putra.
Pada suatu hari, Dewi Winata kedatangan seorang dewa yang
menghadiahkan sebuah telur kepadanya. Dewa itu berpesan agar Dewi Winata
menjaga telur itu baik-baik hingga saatnya menetas nanti dan merawat makhluk
yang keluar dari dalam telur tersebut. Sang Dewi lalu menyimpan telur di tempat
tersembunyi. Pada saat yang bersamaan ternyata Dewi Kadru juga mengalami hal
yang sama. Setelah tiba waktunya, telur yang diberikan kepada Dewi Winata
menetas dan dari dalam telur tersebut keluar seekor anak burung. Sementara itu,
telur milik Dewi Kadru juga menetas dan dari dalamnya keluar beberapa ekor
ular. Kedua wanita itu merawat anak-anak angkat mereka dengan baik. Anak angkat
Dewi Winata tumbuh menjadi seekor garuda yang diberi nama Garudheya, sementara
anak-anak Dewi Kadru tumbuh menjadi naga.
Walaupun masing-masing telah mempunyai anak angkat, persaingan di
antara kedua wanita tersebut tidak mereda. Pada suatu hari, Dewi Kadru menipu
kakaknya dalam sebuah taruhan, sehingga ia memenangkan taruhan tersebut. Dewi
Winata yang kalah harus menjadi budak Dewi Kadru dan anak-anaknya. Garudheya
sangat sedih melihat penderitaan ibunya. Setelah dewasa, Garudheya berusaha
mencari cara untuk membebaskan ibunya dari perbudakan. Akhirnya Garudheya
berhasil mendapatkan keterangan bahwa ibunya akan bebas dari ikatan perjanjian
dengan tebusan tirta amerta (air kehidupan) yang tersimpan di kahyangan dan
dijaga oleh Dewa Wisnu. Setelah melalui berbagai perjuangan, Garudheya berhasil
mendapatkan izin dari Dewa Wisnu untuk mengambil tirta amerta yang diperlukan
untuk meruwat (membebaskan dari penderitaan) ibunya dengan syarat ia harus
menjadi tunggangan Dewa Wisnu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar