Ada jiwa yang memilih senyap,
menyulam rahasia di sudut malam,
tak berani membuka tabir yang rapat,
takut melukai bayangan yang dalam.
Ia menggenggam semua sendiri,
seperti pasir yang erat di tangan,
biar sepi menjadi saksi,
pada rindu yang bisu, pada luka yang diam.
Di setiap lamunan yang mengawang,
ada kisah yang tak lagi berani terkatakan,
detik-detik menjadi panjang,
seolah waktu bersekongkol dalam kesendirian.
Langit malam menjadi teman,
tempat ia menitipkan harapan samar,
di sana ia lepaskan beban,
meski hanya dijawab sunyi yang pudar.
Bulan pun tak tahu rasa,
hanya memandangnya dari jauh,
sementara ia larut tanpa suara,
berteman bayang yang takkan runtuh.
Ia melamun dalam alunan sunyi,
merajut mimpi yang terjal,
sendiri, terlunta dalam bening pagi,
yang tak lagi hangat, yang hanya tinggal.
Lalu, pada akhirnya ia tenggelam,
ke dalam diri yang kian tak bertepi,
menyimpan semua di dasar kelam,
melamun, menyendiri,
hingga hilang bersama sunyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar