Minggu, 03 November 2024

PUISI : Hukum Hati


Saat kau goreskan luka pada jiwa lain,
di sana, tanpa sadar, benih kelam telah tertanam,
kau titipkan hatimu di buku takdir yang penuh rintih,
berbaris, menanti giliran untuk terluka kembali.

Mungkin tak terasa, mungkin pula tersembunyi,
di balik senyum yang kau beri, ada serat pilu yang teranyam,
di dalam diri yang kau sakiti, ada sejumput dendam diam,
menunggu detik demi detik berbalik menjadi sayatan.

Bukankah hati itu seperti sungai sunyi?
Mengalirkan kesedihan yang tak tampak, tak terdengar,
namun waktu tak pernah ingkar—
ia membawa pulang setiap dosa dan perih yang kau tanam.

Dan pada hari yang lengang atau gelap,
kau akan temui luka itu menganga di pintu hatimu,
datang dari jejak langkah yang pernah kau tinggalkan,
saat kau hancurkan hati lain demi kepuasan yang fana.

Hati itu rapuh, namun ia abadi dalam ingatan,
maka bila kau melukainya, bersiaplah suatu saat nanti,
kau akan dibangunkan oleh luka yang kau ciptakan sendiri,
dan barulah kau sadari, betapa dalam setiap perih kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar