Setiap kali Raka dan Rara pergi berdua, ada satu benda kecil yang tak pernah absen dari genggaman mereka—sebungkus permen pewangi mulut Relaksa. Permen itu tak hanya menyegarkan nafas, tetapi juga menjadi pengikat tak kasat mata antara mereka, yang selalu hadir di setiap perjalanan. Rasanya ada yang kurang jika tak membawa Relaksa, seolah permen itu adalah kunci yang membuka lembaran-lembaran kenangan yang akan mereka ukir bersama.
Mereka sering bercanda bahwa permen itu adalah "teman ketiga" dalam setiap perjalanan. Di setiap kota yang mereka singgahi, di setiap sudut jalan yang mereka jelajahi, Relaksa selalu ada di sela-sela senyuman mereka. Saat mereka duduk di bangku taman, menghadap laut yang tenang, atau ketika mereka berkendara melewati hutan yang rimbun, bunyi lembut pembungkus permen yang dibuka menjadi simbol keakraban, tanda bahwa mereka tak perlu kata-kata, hanya menikmati momen bersama.
Namun, waktu berjalan dan jalan hidup mereka pun akhirnya berpisah. Raka dan Rara tidak lagi bersama seperti dulu. Jarak dan waktu memisahkan, tapi tidak dengan kenangan. Setiap kali Raka tanpa sengaja menggigit permen Relaksa, ada rasa yang tak bisa diungkapkan. Manis dan segarnya membawa kembali bayangan masa lalu. Aroma mint yang semilir seolah menghembuskan kembali suasana-suasana lama—tawa mereka di bawah pohon rindang, obrolan panjang di malam hari yang sepi, atau pelukan hangat di bawah hujan rintik-rintik.
Seketika itu, Raka merasa semua seperti baru terjadi kemarin sore. Di setiap helaan nafas yang segar oleh permen Relaksa, hati Raka bergetar. Ada rasa rindu yang menyelinap, rindu akan momen-momen yang takkan pernah kembali. Suasana masa lalu hidup lagi, begitu nyata di pelupuk mata, seakan Rara masih di sampingnya, tersenyum lembut sambil menawarkan sebutir permen yang dulu mereka bagi.
Namun kini, setiap gigitan permen Relaksa bukan hanya membawa kenangan manis, tetapi juga haru dan kesedihan. Suasana masa kini yang kosong, berbeda, terasa begitu mencolok. Raka sadar, apa yang pernah mereka miliki kini hanya tinggal kenangan. Meski bayangan Rara sering kali hadir saat permen itu mencair di mulutnya, kenyataan berkata lain—Rara sudah tak lagi di sisinya.
Terkadang, Raka menghindari permen Relaksa. Terlalu berat rasanya membawa dirinya kembali ke masa lalu yang indah namun telah berlalu. Tapi di lain waktu, ia tetap mencarinya. Sebab di balik semua rindu dan kesedihan, permen Relaksa menyimpan satu hal yang tak pernah berubah—kenangan tentang cinta yang pernah ada, yang abadi di setiap aroma mint yang menyegarkan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar