Di batas waktu yang tak terhitung,
kuusapkan bayangmu dalam gelap,
meski hati ini berusaha melupa,
namun namamu tak pernah padam,
seperti embun di ujung pagi.
Aku melangkah menjauh,
membenci bayang yang kian membara,
namun sinarmu, oh, tetap menyapa,
dalam setiap desah angin yang berbisik,
seperti rindu yang tak terkatakan.
Setiap detik yang berlalu,
doa ini selalu terselip lembut,
memeluk harapan dalam hening,
meski janji pada diri tak pernah terwujud,
kenanganmu kembali, menari di pelupuk mata.
Ketika senja merona di ujung langit,
setiap warna mengingatkan aku,
akan tawa, air mata, dan semua rasa,
seolah waktu tak ingin kita terpisah,
semua jejakmu terukir dalam jiwa.
Kini, saat bayangan berseliweran,
aku terjebak dalam labirin ingatan,
mencoba menghindar, namun tak terelakkan,
hati ini merindu, seolah tak pernah pergi,
dalam sunyi, kupersembahkan doa untukmu.
Oh, betapa sulitnya melupakan,
saat setiap detik berbisik namamu,
meski tiada lagi kisah kita,
rindu ini tetap membara,
tak ingin sirna, takkan pernah padam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar