Asal mula Kuto Bedah dijadikan sebagai daerah pemakaman Cina dan pemakaman umum di kota Malang berkaitan dengan perkembangan kota dan kebutuhan masyarakat setempat selama masa kolonial dan setelahnya. Berikut adalah gambaran sejarah mengenai hal tersebut:
Perkembangan Kota Malang dan Kuto Bedah
Pada masa kolonial Belanda, kota Malang mulai mengalami pertumbuhan pesat sebagai pusat administrasi, perdagangan, dan pemukiman. Pertumbuhan ini menyebabkan kebutuhan akan lahan pemakaman yang lebih besar, baik untuk penduduk lokal maupun komunitas Tionghoa yang semakin berkembang di kota tersebut.
Komunitas Tionghoa di Malang
Komunitas Tionghoa di Malang sudah ada sejak masa kolonial. Mereka terlibat dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti perdagangan, usaha pertanian, dan industri kecil. Dengan berkembangnya komunitas ini, muncul kebutuhan untuk memiliki lahan pemakaman khusus bagi anggota komunitas mereka, yang sesuai dengan tradisi dan kepercayaan mereka.
Pendirian Pemakaman Cina
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, pemerintah kolonial Belanda mulai mengatur zonasi pemakaman untuk berbagai komunitas di Malang. Salah satu daerah yang dipilih untuk pemakaman Cina adalah Kuto Bedah. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada beberapa faktor seperti ketersediaan lahan yang cukup luas, jarak yang relatif dekat dengan pusat kota, dan upaya untuk memisahkan pemakaman berdasarkan komunitas demi menjaga ketertiban dan kesehatan publik.
Pemakaman Umum di Kuto Bedah
Seiring dengan bertambahnya populasi dan diversitas penduduk kota Malang, kebutuhan akan lahan pemakaman umum juga meningkat. Pemerintah kolonial dan kemudian pemerintah Indonesia setelah kemerdekaan, mulai menetapkan sebagian lahan di Kuto Bedah sebagai pemakaman umum. Pemakaman umum ini diperuntukkan bagi penduduk yang tidak memiliki akses ke pemakaman keluarga atau pemakaman khusus lainnya.
Tradisi dan Pengelolaan Pemakaman
Pemakaman di Kuto Bedah dikelola dengan memperhatikan tradisi dan kepercayaan masyarakat. Pemakaman Cina, misalnya, sering kali diatur sesuai dengan prinsip Feng Shui dan tradisi Tionghoa lainnya. Sementara itu, pemakaman umum menyediakan lahan untuk berbagai agama dan kepercayaan, mencerminkan keragaman budaya dan agama di Malang.
Perkembangan Setelah Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan pemakaman di Kuto Bedah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Upaya untuk memperluas dan memperbaiki fasilitas pemakaman terus dilakukan guna memenuhi kebutuhan penduduk yang terus bertambah. Selain itu, kebijakan zonasi pemakaman juga diatur untuk menjaga ketertiban dan kelestarian lingkungan.
Kesimpulan
Asal mula Kuto Bedah dijadikan daerah pemakaman Cina dan pemakaman umum berkaitan dengan perkembangan kota Malang selama masa kolonial dan setelahnya. Pertumbuhan penduduk, keberagaman komunitas, dan kebutuhan akan lahan pemakaman yang memadai menjadi faktor utama dalam penetapan Kuto Bedah sebagai lokasi pemakaman. Hingga kini, Kuto Bedah tetap menjadi salah satu tempat penting yang mencerminkan sejarah dan keragaman budaya kota Malang.4o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar