Selasa, 11 Juni 2024

Sejarah Makam Belanda yang Berubah Menjadi Terminal Patimura dan Sekarang Menjadi Pertokoan


 Latar Belakang dan Pendirian Makam Belanda

Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, di bawah pemerintahan kolonial Belanda, Kota Malang mengalami perkembangan pesat sebagai pusat administrasi dan pemukiman. Dengan bertambahnya populasi Belanda di kota ini, kebutuhan akan fasilitas pemakaman khusus untuk warga Belanda menjadi sangat penting. Oleh karena itu, pemerintah kolonial mendirikan beberapa pemakaman, termasuk salah satu yang berlokasi di Jalan Patimura, untuk melayani kebutuhan warga Eropa yang tinggal di Malang.

Makam ini berfungsi sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi banyak pejabat kolonial, tentara, dan warga sipil Belanda. Kompleks makam ini dirancang dengan baik, mencakup makam individu dan keluarga yang sering dilengkapi dengan nisan bergaya Eropa dan prasasti dalam bahasa Belanda.

Masa Kemerdekaan dan Perubahan Fungsi Lahan

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, banyak warga Belanda meninggalkan Indonesia, dan pemakaman di Jalan Patimura mulai kurang terawat. Pada tahun-tahun berikutnya, kota Malang mengalami pertumbuhan pesat dan modernisasi yang mengubah kebutuhan akan penggunaan lahan di kota tersebut. Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, pemerintah kota Malang memutuskan untuk memanfaatkan area bekas pemakaman ini untuk keperluan yang lebih mendesak bagi publik.

Pembangunan Terminal Patimura

Sekitar dekade 1980-an, area bekas makam Belanda ini diubah menjadi Terminal Patimura, salah satu terminal utama di kota Malang. Pembangunan terminal ini bertujuan untuk mengakomodasi peningkatan kebutuhan transportasi umum di kota yang berkembang pesat. Terminal Patimura menjadi pusat transit bagi berbagai angkutan umum, termasuk bus dan angkot, yang menghubungkan berbagai bagian kota dan daerah sekitarnya.

Transformasi Menjadi Pertokoan

Seiring berjalannya waktu, perubahan kebutuhan masyarakat dan perkembangan kota yang semakin modern membuat area ini kembali mengalami transformasi. Pada awal 2000-an, Terminal Patimura mulai dikurangi fungsinya dan lahan tersebut dikembangkan menjadi area pertokoan dan pusat bisnis. Transformasi ini mencerminkan perubahan pola ekonomi dan kebutuhan urban yang terus berkembang di kota Malang.

Area ini kini menjadi kawasan komersial yang ramai, dengan berbagai toko, restoran, dan pusat perbelanjaan. Transformasi ini membawa manfaat ekonomi bagi kota Malang, tetapi juga menghilangkan jejak fisik dari makam Belanda yang pernah ada di lokasi tersebut.

Upaya Pelestarian Sejarah

Walaupun jejak fisik makam Belanda di Jalan Patimura telah hilang, penting untuk mengenang dan menghargai sejarah kawasan ini. Sejarawan lokal dan komunitas pelestari sejarah berupaya mendokumentasikan dan menyebarkan informasi tentang sejarah makam Belanda melalui tulisan, seminar, dan media lainnya. Upaya ini bertujuan untuk menjaga memori kolektif dan menghormati warisan sejarah kota Malang.

Kesimpulan

Makam Belanda di Jalan Patimura, yang kemudian berubah menjadi Terminal Patimura dan sekarang menjadi kawasan pertokoan, mencerminkan perjalanan sejarah dan perkembangan kota Malang. Dari masa kolonial, kemerdekaan, hingga modernisasi, perubahan fungsi lahan ini menunjukkan dinamika kota yang terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Meskipun jejak fisik makam telah hilang, upaya pelestarian sejarah tetap penting untuk menjaga warisan budaya dan sejarah kota Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar