Teori Berdasarkan Prasasti Dinoyo
Salah satu teori yang banyak diterima terkait asal-usul nama Malang adalah yang berasal dari Prasasti Dinoyo yang bertanggal 760 Masehi. Dalam prasasti ini, disebutkan nama "Malangkuçeçwara," yang terdiri dari tiga kata Sanskerta: "Malang," "Kuça," dan "Çwara." Kata-kata ini memiliki arti "Tuhan yang menghancurkan yang salah." Istilah ini mengacu pada sebuah tempat suci atau candi yang berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi dewa.
Teori Berdasarkan Kerajaan Kanjuruhan
Pada masa Kerajaan Kanjuruhan, daerah ini dikenal dengan sebutan "Malangkuçeçwara." Penggunaan nama ini mengindikasikan bahwa wilayah ini memiliki hubungan spiritual yang kuat dan mungkin diidentifikasikan sebagai tempat penting dalam konteks keagamaan dan pemerintahan.
Teori Berdasarkan Bukti Fisik dan Arkeologis
Beberapa bukti fisik dan arkeologis, seperti peninggalan candi dan prasasti, menunjukkan bahwa nama Malang sudah digunakan sejak zaman kerajaan-kerajaan kuno di Jawa Timur. Candi Badut, yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Kanjuruhan, adalah salah satu bukti arkeologis yang menguatkan teori ini. Selain itu, adanya beberapa prasasti lain yang ditemukan di sekitar Malang juga memperkuat dugaan bahwa nama ini sudah dikenal sejak lama.
Teori Lain
Ada juga teori yang menyebutkan bahwa nama "Malang" berasal dari kata dalam bahasa Jawa Kuno yang berarti "terhalang" atau "terpotong." Menurut teori ini, nama tersebut mungkin menggambarkan geografi daerah Malang yang dikelilingi oleh pegunungan, membuatnya tampak seperti daerah yang "terhalang" atau "tertutup" dari luar.
Berikut adalah beberapa prasasti dan dokumen penting yang berhubungan dengan asal-usul dan sejarah penamaan kota Malang:
1. Prasasti Dinoyo
Prasasti Dinoyo adalah salah satu prasasti tertua yang menyebutkan nama "Malang." Prasasti ini bertanggal 760 Masehi dan ditemukan di Dinoyo, sebuah desa yang kini menjadi bagian dari kota Malang. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan aksara Kawi dan menyebutkan nama "Malangkuçeçwara," yang berarti "Tuhan yang menghancurkan yang salah." Prasasti ini mencatat pembangunan sebuah candi dan penyelenggaraan upacara keagamaan pada masa pemerintahan Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan.
2. Prasasti Mantyasih
Prasasti Mantyasih, yang juga dikenal sebagai Prasasti Balitung, ditulis pada tahun 907 Masehi oleh Raja Balitung dari Kerajaan Mataram Kuno. Meskipun prasasti ini tidak secara langsung menyebutkan Malang, namun wilayah Malang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno, menunjukkan pentingnya daerah ini dalam konteks sejarah yang lebih luas.
3. Prasasti Pamotoh
Prasasti Pamotoh berasal dari masa pemerintahan Raja Airlangga pada abad ke-11 Masehi. Prasasti ini menyebutkan tentang pembagian wilayah kekuasaan Airlangga setelah keruntuhan Kerajaan Medang, di mana Malang termasuk dalam salah satu wilayah yang disebutkan.
4. Prasasti Muncang
Prasasti Muncang bertanggal 929 Masehi dan ditemukan di daerah Muncang, Jawa Timur. Prasasti ini menyebutkan tentang daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Medang, termasuk Malang. Meskipun tidak menyebutkan secara eksplisit nama Malang, namun wilayah ini disebutkan dalam konteks administrasi kerajaan.
5. Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, adalah salah satu sumber tertulis yang menyebutkan wilayah-wilayah di Jawa Timur pada masa Kerajaan Majapahit. Dalam kitab ini, disebutkan berbagai daerah yang berada di bawah kekuasaan Majapahit, termasuk wilayah yang kini dikenal sebagai Malang.
6. Dokumen Kolonial Belanda
Selama masa kolonial Belanda, ada berbagai dokumen dan peta yang menyebutkan nama Malang. Salah satu dokumen penting adalah laporan-laporan administrasi Belanda yang menggambarkan perkembangan kota Malang sebagai pusat pertanian dan perdagangan. Peta-peta kolonial juga sering mencantumkan Malang sebagai salah satu kota penting di Jawa Timur.
7. Buku dan Catatan Penjelajah
Beberapa penjelajah Eropa yang mengunjungi Jawa pada abad ke-17 dan 18 juga mencatat keberadaan Malang dalam catatan perjalanan mereka. Misalnya, catatan perjalanan oleh Thomas Stamford Raffles, seorang gubernur kolonial Inggris, yang mengunjungi Jawa pada awal abad ke-19 dan menulis tentang berbagai daerah, termasuk Malang.
Prasasti-prasasti dan dokumen-dokumen ini memberikan gambaran yang kaya tentang sejarah dan penamaan kota Malang dari masa ke masa, menunjukkan pentingnya kota ini dalam konteks sejarah dan kebudayaan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar