Bab 1: Kota Dingin
Di sebuah kota
dingin hiduplah seorang lelaki bernama Darman. Ia adalah seorang petani
miskin yang berjuang keras untuk menghidupi istri dan anaknya. Setiap pagi,
Darman berangkat ke sawah dengan harapan dapat membawa pulang hasil panen yang
cukup untuk keluarganya. Kehidupan mereka memang sulit, tetapi cinta dan
kebahagiaan tetap menyelimuti rumah sederhana mereka.
Suatu hari, saat sedang
bekerja di pasar, Darman bertemu dengan seorang gadis bernama Sarah. Sarah
adalah putri dari seorang pengusaha kaya yang sering berkunjung ke desa untuk
mengawasi kebun keluarganya. Meskipun mereka berbeda latar belakang, suku, dan
agama, percakapan antara Darman dan Sarah mengalir dengan alami, membuat mereka
semakin dekat.
Bab 2: Cinta yang Terlarang
Perasaan mereka satu
sama lain semakin dalam seiring waktu. Darman tahu bahwa mencintai Sarah adalah
hal yang rumit karena statusnya yang sudah beristri dan berbeda agama. Namun,
cinta mereka tak terelakkan. Sarah, yang sudah mapan dan terdidik, menemukan kebahagiaan
dalam kesederhanaan hidup Darman.
Darman mulai mengajarkan
Islam kepada Sarah, mengajaknya mengenal ajaran agama yang dianutnya. Sarah
dengan tulus menerima dan mulai belajar mengaji di bawah bimbingan Bu Maria,
seorang guru ngaji yang penuh kasih. Sarah akhirnya memutuskan untuk menjadi
seorang mualaf, merasakan kedamaian dalam agama baru yang dia peluk.
Untuk melanjutkan
hubungan mereka, Darman dan Sarah menikah di bawah tangan. Mereka berusaha
menjaga rahasia ini dari semua orang, terutama dari keluarga Sarah yang sangat
protektif. Namun, kebahagiaan mereka tak bertahan lama.
Bab 3: Akhir yang Menyakitkan
Orang tua Sarah akhirnya
mengetahui hubungan terlarang tersebut. Mereka sangat marah dan merasa terhina.
Dengan ancaman dan paksaan, mereka memaksa Sarah untuk memutuskan hubungannya
dengan Darman dan melarangnya untuk bertemu lagi. Sarah sangat terpukul, tetapi
ia tak punya pilihan lain selain menurut pada kehendak orang tuanya.
Darman harus menerima
kenyataan pahit itu. Ia kembali ke keluarganya dan berusaha melupakan Sarah,
meskipun kenangan indah bersama Sarah selalu membayangi pikirannya. Ia tetap
bersyukur atas momen-momen berharga yang pernah mereka lalui.
Bab 4: Dua Puluh Tahun Kemudian
Dua puluh tahun berlalu.
Darman kini sudah tua dan menjalani hidup yang tetap sederhana. Suatu hari,
saat sedang mengunjungi pasar di kota, Darman melihat seorang wanita yang
sangat dikenalinya. Wanita itu adalah Sarah, namun ia tampak berbeda. Sarah
kini adalah seorang muslimah yang taat, mengenakan jilbab dan rajin beribadah.
Pertemuan itu sangat
mengharukan bagi keduanya. Mereka berbicara panjang lebar tentang masa lalu dan
perjalanan hidup masing-masing. Sarah menceritakan bagaimana ia tetap menjaga
iman Islamnya meskipun terpisah dari Darman. Ia tetap belajar mengaji dan
mendalami Islam di bawah bimbingan Bu Maria hingga akhirnya menjadi seorang
muslimah yang taat.
Bab 5: Penantian yang Berakhir Manis
Meski banyak yang
berubah, cinta mereka tetap sama. Sarah dan Darman memutuskan untuk terus
menjalin silaturahmi. Kini, dengan restu dan pengetahuan dari keluarga Sarah,
hubungan mereka lebih terbuka. Orang tua Sarah, yang dulu menentang hubungan
mereka, kini telah menerima kenyataan dan menghargai keputusan anaknya.
Darman dan Sarah sering
bertemu untuk berbagi cerita dan memperkuat iman mereka. Meskipun mereka tidak
bisa bersatu sebagai pasangan suami istri, mereka merasa bersyukur atas ikatan
spiritual yang tetap terjalin.
Pada suatu malam, saat
mereka duduk bersama di bawah sinar bulan, Sarah berkata dengan penuh haru,
"Kan kutunggu kau hingga malam larut, meskipun kita tak bisa bersama,
cinta kita tetap abadi dalam doa."
Darman menatap Sarah
dengan mata penuh cinta dan berkata, "Aku juga akan selalu menunggu dan
berdoa untukmu, Sarah. Semoga Allah selalu memberkati kita."
Dan begitu, mereka
berdua menjalani hidup dengan hati yang penuh cinta dan iman, terus berdoa
untuk kebahagiaan satu sama lain hingga akhir hayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar