Rabu, 28 Agustus 2024

CERPEN : Kan Kutunggu hingga malam larut

 


Bab 1: Kota Dingin 

Di sebuah kota dingin  hiduplah seorang lelaki bernama Darman. Ia adalah seorang petani miskin yang berjuang keras untuk menghidupi istri dan anaknya. Setiap pagi, Darman berangkat ke sawah dengan harapan dapat membawa pulang hasil panen yang cukup untuk keluarganya. Kehidupan mereka memang sulit, tetapi cinta dan kebahagiaan tetap menyelimuti rumah sederhana mereka.

Suatu hari, saat sedang bekerja di pasar, Darman bertemu dengan seorang gadis bernama Sarah. Sarah adalah putri dari seorang pengusaha kaya yang sering berkunjung ke desa untuk mengawasi kebun keluarganya. Meskipun mereka berbeda latar belakang, suku, dan agama, percakapan antara Darman dan Sarah mengalir dengan alami, membuat mereka semakin dekat.

Bab 2: Cinta yang Terlarang

Perasaan mereka satu sama lain semakin dalam seiring waktu. Darman tahu bahwa mencintai Sarah adalah hal yang rumit karena statusnya yang sudah beristri dan berbeda agama. Namun, cinta mereka tak terelakkan. Sarah, yang sudah mapan dan terdidik, menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan hidup Darman.

Darman mulai mengajarkan Islam kepada Sarah, mengajaknya mengenal ajaran agama yang dianutnya. Sarah dengan tulus menerima dan mulai belajar mengaji di bawah bimbingan Bu Maria, seorang guru ngaji yang penuh kasih. Sarah akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang mualaf, merasakan kedamaian dalam agama baru yang dia peluk.

Untuk melanjutkan hubungan mereka, Darman dan Sarah menikah di bawah tangan. Mereka berusaha menjaga rahasia ini dari semua orang, terutama dari keluarga Sarah yang sangat protektif. Namun, kebahagiaan mereka tak bertahan lama.

Bab 3: Akhir yang Menyakitkan

Orang tua Sarah akhirnya mengetahui hubungan terlarang tersebut. Mereka sangat marah dan merasa terhina. Dengan ancaman dan paksaan, mereka memaksa Sarah untuk memutuskan hubungannya dengan Darman dan melarangnya untuk bertemu lagi. Sarah sangat terpukul, tetapi ia tak punya pilihan lain selain menurut pada kehendak orang tuanya.

Darman harus menerima kenyataan pahit itu. Ia kembali ke keluarganya dan berusaha melupakan Sarah, meskipun kenangan indah bersama Sarah selalu membayangi pikirannya. Ia tetap bersyukur atas momen-momen berharga yang pernah mereka lalui.

Bab 4: Dua Puluh Tahun Kemudian

Dua puluh tahun berlalu. Darman kini sudah tua dan menjalani hidup yang tetap sederhana. Suatu hari, saat sedang mengunjungi pasar di kota, Darman melihat seorang wanita yang sangat dikenalinya. Wanita itu adalah Sarah, namun ia tampak berbeda. Sarah kini adalah seorang muslimah yang taat, mengenakan jilbab dan rajin beribadah.

Pertemuan itu sangat mengharukan bagi keduanya. Mereka berbicara panjang lebar tentang masa lalu dan perjalanan hidup masing-masing. Sarah menceritakan bagaimana ia tetap menjaga iman Islamnya meskipun terpisah dari Darman. Ia tetap belajar mengaji dan mendalami Islam di bawah bimbingan Bu Maria hingga akhirnya menjadi seorang muslimah yang taat.

Bab 5: Penantian yang Berakhir Manis

Meski banyak yang berubah, cinta mereka tetap sama. Sarah dan Darman memutuskan untuk terus menjalin silaturahmi. Kini, dengan restu dan pengetahuan dari keluarga Sarah, hubungan mereka lebih terbuka. Orang tua Sarah, yang dulu menentang hubungan mereka, kini telah menerima kenyataan dan menghargai keputusan anaknya.

Darman dan Sarah sering bertemu untuk berbagi cerita dan memperkuat iman mereka. Meskipun mereka tidak bisa bersatu sebagai pasangan suami istri, mereka merasa bersyukur atas ikatan spiritual yang tetap terjalin.

Pada suatu malam, saat mereka duduk bersama di bawah sinar bulan, Sarah berkata dengan penuh haru, "Kan kutunggu kau hingga malam larut, meskipun kita tak bisa bersama, cinta kita tetap abadi dalam doa."

Darman menatap Sarah dengan mata penuh cinta dan berkata, "Aku juga akan selalu menunggu dan berdoa untukmu, Sarah. Semoga Allah selalu memberkati kita."

Dan begitu, mereka berdua menjalani hidup dengan hati yang penuh cinta dan iman, terus berdoa untuk kebahagiaan satu sama lain hingga akhir hayat.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar