Di sebuah kota kecil yang tenang, berdiri sebuah rumah tua peninggalan Belanda, penuh dengan sejarah dan kenangan. Di belakang rumah itu, ada sebuah gudang yang tak lagi terpakai. Gudang itu tampak usang, namun bagi sepasang kekasih, tempat itu adalah istana kebahagiaan yang menyimpan sejuta cerita.
Dia adalah Reyhan, seorang pemuda sederhana, dan dia memanggil kekasihnya dengan sebutan sayang, Nyaumik. Setiap hari, mereka bertemu di gudang tua itu, jauh dari mata dunia yang tak boleh tahu tentang cinta mereka. Gudang yang penuh debu itu menjadi tempat yang paling romantis bagi mereka. Di sana, cinta mereka tumbuh dalam canda dan tawa, meski sering kali diwarnai tangis dan pertengkaran kecil yang membuat hubungan mereka semakin hangat.
Di gudang itu, mereka tak hanya berbagi cerita tentang hari-hari mereka, tetapi juga mimpi-mimpi yang ingin mereka capai bersama. Reyhan selalu bercerita tentang harapannya menjadi seorang pengusaha sukses, sementara Nyaumik membayangkan kehidupan sederhana namun penuh cinta bersama Reyhan di masa depan.
Di sudut gudang yang remang-remang, mereka sering duduk berdua, memandangi langit-langit yang retak, tertawa akan hal-hal sepele, atau kadang menangis saat salah satu dari mereka merasa sedih. Pertengkaran kecil tak pernah terhindarkan, entah karena cemburu atau hal-hal sepele lainnya, tetapi semuanya selalu berakhir dengan pelukan hangat dan panggilan manis, “Nyaumik, maafkan aku ya...”
Waktu berlalu, cinta mereka semakin dalam, meskipun harus sembunyi dari mata orang lain. Gudang tua itu menjadi saksi bisu setiap momen yang mereka lalui. Di sana, mereka menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Bagi Reyhan, tak ada tempat di dunia ini yang lebih berarti selain gudang itu, karena di sana ia bisa bersama Nyaumik, dalam cinta yang tulus dan sederhana.
Namun, kehidupan tak selalu berpihak pada mereka. Ada suatu hari ketika Reyhan harus pergi jauh, mengikuti pekerjaan yang memisahkan mereka. Di hari terakhir mereka di gudang tua itu, suasana terasa berbeda. Tawa mereka terasa berat, dan senyum yang biasanya menghangatkan kini terselip kesedihan.
“Nyaumik, aku janji akan kembali,” kata Reyhan sambil menggenggam tangan kekasihnya erat. Nyaumik hanya bisa tersenyum, meskipun hatinya penuh kekhawatiran.
Hari itu, tangis pecah di sudut gudang yang biasa menjadi tempat mereka bercanda. Mereka berpisah dengan janji untuk tetap saling menunggu, meski tak tahu kapan Reyhan akan kembali. Gudang tua itu, tempat yang selalu menjadi saksi cinta mereka, kini menjadi simbol kenangan yang indah sekaligus menyakitkan.
Waktu berlalu, gudang itu masih berdiri, namun kini hanya ada kesunyian di dalamnya. Nyaumik tak pernah berhenti merindukan Reyhan, merindukan hari-hari penuh canda, tawa, dan tangis di tempat yang penuh cinta itu.
Gudang tua itu mungkin usang, tetapi bagi Nyaumik dan Reyhan, tempat itu akan selalu menjadi saksi abadi dari cinta yang tak pernah pudar, meskipun jarak dan waktu memisahkan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar