KERAJAAN SAMUDRA PASAI (ACEH)
dan Perannya dalam Perkembangan
Agama Islam di Indonesia — Materi Lengkap
1. Gambaran umum singkat
Kerajaan Samudra Pasai (juga
tertulis Samudera Pasai, Samudra atau Pasai) adalah sebuah
kesultanan Islam pesisir di utara Pulau Sumatra yang muncul pada abad ke-13 M
dan dianggap sebagai salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Letaknya
strategis di jalur Selat Malaka sehingga menjadi pusat perdagangan antar-benua
dan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.
2. Latar geografis dan alasan
strategis
- Terletak di pesisir utara Aceh (sekitar wilayah
modern Lhokseumawe / Samudera).
- Menghadap Selat Malaka — jalur utama pelayaran antara
India, Timur Tengah, Tiongkok, dan Asia Tenggara — menjadikannya titik
transit dan pemukiman pedagang Muslim.
3. Ringkasan kronologi singkat
(timeline penting)
- Abad ke-13 (sekitar 1267) — Tradisi menyebut
pendiri: Merah Silu → memeluk Islam → bergelar Sultan Malik al-Saleh
(variasi nama). (pendirian menurut Hikayat dan sumber tradisional).
- 1292 — Marco Polo mencatat keberadaan
pelabuhan berpenduduk Muslim di Sumatra utara yang kaya rempah.
- 1297 (696 H) — Tahun wafatnya Sultan Malik
al-Saleh tercatat pada batu nisan bertuliskan Arab (batu nisan paling
sering dikutip sebagai bukti epigrafis paling awal).
- 1345 — Ibnu Battutah singgah; melaporkan
Samudra Pasai sebagai negeri Islam taat.
- Abad ke-15 — ke-16 — Kejayaan, lalu tekanan
dari pelabuhan lain; akhirnya wilayahnya diserap Aceh Darussalam pada abad
ke-16 serta terdampak serangan Portugis.
4. Bukti-bukti arkeologis,
epigrafis, dan numismatik (rincian — penopang utama keberadaan Samudra Pasai)
Catatan penting: Berikut
adalah bukti-bukti fisik dan tertulis yang paling kuat secara ilmiah untuk
mendukung eksistensi dan karakter Islam Samudra Pasai. Saya menandai lima
pernyataan paling “load-bearing” di tiap sub-bagian dengan sitasi.
4.1. Batu nisan Sultan Malik
al-Saleh (1297 M) — bukti epigrafis paling terkenal
- Di daerah yang diidentifikasi sebagai lokasi Samudra
Pasai ditemukan batu nisan (tombstone) yang bertuliskan Arab, yang
mencantumkan tahun 696 H (≈1297 M) dan menyebutkan nama penguasa yang
diyakini Malik al-Saleh. Nisan ini dianggap bukti epigrafis paling awal
yang jelas menunjuk pada eksistensi kesultanan Islam di pantai utara
Sumatra pada akhir abad ke-13.
Mengapa ini penting: Nisan
bertulis Arab berusia 1297 M menegaskan secara langsung bahwa komunitas
beridentitas Islam dan penguasa Islam yang terorganisir sudah ada pada waktu
itu di wilayah tersebut — memindahkan bukti Islamisasi Nusantara dari sekadar
kontak dagang menjadi institusi politik Islam.
4.2. Koleksi koin (dirham /
dinar) / Numismatik
- Penemuan koin dirham berinskripsi Arab yang
terkait dengan Samudra Pasai dan situs-situs pesisir Aceh merupakan bukti
kuat aktivitas ekonomi dan hubungan internasional yang berlabel Islam.
Koleksi-koleksi koin ini sekarang disimpan di museum-museum lokal termasuk
Museum Samudera Pasai. Studi numismatik menunjukkan sirkulasi koin Islam
di kawasan tersebut sebagai bagian dari perdagangan internasional.
Mengapa ini penting: Koin
bertulis Arab menandakan penggunaan simbol dan legitimasi Islam dalam mata uang
— tanda pemerintahan terorganisir yang mengadopsi identitas Islam untuk
transaksi ekonomi dan diplomasi.
4.3. Permakaman masa
pertengahan (cluster makam Islam)
- Terdapat banyak pemakaman Islam kuno (makam
berinskripsi Arab) tersebar di pesisir utara Sumatra (Leubok Tuwe,
Beuringen, Lampaseh, dan sekitarnya). Distribusi kompleks pemakaman ini
membantu memetakan wilayah inti kerajaan dan menunjukkan keberadaan
komunitas Islam yang mapan sejak abad ke-13 sampai ke-15.
Mengapa ini penting:
Persebaran makam berusia lama adalah indikator permanensi komunitas Muslim —
bukan hanya singgah pedagang — sehingga mendukung argumen bahwa Samudra Pasai
adalah pusat politik dan keagamaan.
4.4. Artefak museum &
koleksi lokal (Museum Samudera Pasai)
- Museum Samudera Pasai (Aceh) menyimpan ratusan
artefak: fragmen tembikar, perhiasan, koin, prasasti, dan sisa-sisa
struktur bangunan yang dikaitkan dengan periode Kesultanan. Katalog museum
dan penelitian konservasi lokal memberikan bukti material sehari-hari dan
perdagangan yang mengokohkan narasi sejarah kerajaan.
Mengapa ini penting: Barang
dagangan dan artefak domestik memperlihatkan pola kehidupan ekonomi-sosial dan
kontak luar negeri yang mendukung catatan tertulis tentang Samudra Pasai
sebagai pelabuhan yang hidup.
4.5. Sumber tulisan asing:
catatan pelancong (Marco Polo, Ibnu Battutah) sebagai bukti konteks historis
- Marco Polo (1292) menyebutkan pelabuhan kaya
di Sumatra utara yang sesuai dengan lokasi Pasai. Ibnu Battutah (1345)
mencatat lawatannya ke Samudra Pasai dan menjelaskan pemerintahan yang
Islami serta kebiasaan masyarakatnya. Catatan-catatan ini memberikan
kesaksian eksternal yang menguatkan bukti arkeologis.
Mengapa ini penting:
Kesaksian pelancong dari luar memperkuat bukti materiil: mereka adalah pengamat
independen yang mencatat Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan dan komunitas
Islam dalam rentang waktu yang sama dengan bukti arkeologis.
5. Peran Samudra Pasai dalam
penyebaran Islam di Nusantara (mekanisme & bukti pendukung)
Samudra Pasai memiliki beberapa
peran utama yang jelas didukung bukti:
5.1. Pusat Pelabuhan &
Perdagangan Internasional
- Pelabuhan Pasai menjadi persinggahan pedagang Arab,
Persia, India, dan Tiongkok. Hubungan dagang ini memfasilitasi pertukaran
agama, budaya, dan ilmu. Bukti: catatan Marco Polo, artefak perdagangan,
dan koin.
5.2. Pusat Ilmu & Ulama
- Sumber tertulis (Ibnu Battutah) menyebut kegiatan
pengajian dan hadirnya ulama. Kompleks makam dan prasasti memperlihatkan
adanya tokoh-tokoh berpendidikan agama. Hal ini menunjukkan peran Pasai
sebagai tempat belajar dan penyebaran ajaran Islam ke pulau-pulau
tetangga.
5.3. Model Pemerintahan Islam
Awal
- Dengan adanya sultan bertitel Islam (bukti nisan
bertuliskan Arab dan penggunaan istilah sultan), Samudra Pasai menunjukkan
bagaimana institusi politik Islam terwujud: raja sebagai pemimpin duniawi
dan religius. Ini menjadi model bagi kesultanan lain (Aceh, Perlak,
Demak).
5.4. Jalur Penyebaran Islam ke
Jawa dan Kepulauan Lain
- Konektivitas pelayaran memungkinkan ulama, pedagang,
dan pernikahan antar-komunitas menyebarkan Islam ke pesisir Sumatra, Selat
Malaka, dan Jawa. Catatan sejarah dan arkeologi pesisir mendukung pola
ini.
6. Studi arkeologi dan
penelitian modern (ringkasan temuan akademis)
- Penelitian arkeologis lokal dan survei permakaman di
Aceh Utara mengidentifikasi sejumlah makam berinskripsi Arab (abad
ke-13—15), fragmen koin, dan bahan budaya yang dikaitkan dengan periode
Samudra Pasai. Museum Samudera Pasai mengoleksi artefak-artefak tersebut
dan menjadi pusat konservasi serta studi. Beberapa publikasi akademik dan
laporan penelitian elementer (lokal/universitas) mendorong penelitian
lanjutan tentang pola pemukiman yang kini sebagian besar tertutup oleh
lingkungan modern.
7. Faktor kemunduran dan
integrasi ke Aceh Darussalam
- Pada abad ke-16 terjadi intervensi kekuatan
regional dan Eropa (mis. penjelajahan Portugis di Selat Malaka,
dinamika politik regional). Samudra Pasai akhirnya punah/terintegrasi
menjadi bagian dari Kesultanan Aceh Darussalam yang lebih besar pada awal
abad ke-16. Catatan sejarah dan kronik lokal merekam proses ini.
8. Signifikansi historis dan
arkeologis
- Samudra Pasai adalah sumber bukti paling awal
untuk institusi politik Islam terorganisir di Nusantara yang terkonfirmasi
secara epigrafis (nisan 1297).
- Kombinasi bukti: naskah asing (Marco Polo, Ibnu
Battutah) + benda material (nisan, koin, makam, artefak museum)
memberikan argumen multi-disipliner bahwa Islam bukan sekadar pengaruh
perdagangan, tetapi sudah terinstitusionalisasi sejak abad ke-13 di
kawasan ini.
9. Saran penggunaan materi
untuk pembelajaran (RPP / tugas / LKPD singkat)
- Pertemuan 1 (Pengenalan & Konteks): peta
lokasi Pasai, baca catatan Marco Polo dan kutipan Ibnu Battutah.
- Pertemuan 2 (Bukti Fisik): tampilkan
gambar/gambar nisan Malik al-Saleh, foto koleksi koin, dan katalog museum
(bisa pakai bahan dari Museum Samudera Pasai).
- Tugas Proyek: siswa membuat laporan singkat
“Jejak Samudra Pasai di lingkunganku” atau membuat timeline/infografik
peristiwa penting.
- Diskusi Kritis: “Seberapa kuat bukti
arkeologis vs catatan asing dalam menetapkan Samudra Pasai sebagai
kerajaan Islam pertama di Nusantara?” (latih literasi sumber).
10. Kesimpulan ringkas
Kerajaan Samudra Pasai berfungsi
sebagai pionir institusi Islam di Nusantara. Bukti-bukti arkeologis
(terutama batu nisan tertulis Arab tahun 1297 dan koleksi koin/artefak yang
disimpan di museum), ditambah kesaksian pelancong internasional (Marco Polo,
Ibnu Battutah) dan temuan permakaman, secara kolektif menegaskan peran Pasai
sebagai pusat perdagangan, pemerintahan Islam, dan penyebaran agama Islam ke
wilayah Nusantara selanjutnya. Bukti-bukti ini membuat pernyataan keberadaan
dan pengaruh Samudra Pasai dari abad ke-13 menjadi sangat kuat secara ilmiah.
11. Bacaan & referensi
singkat (sumber yang saya pakai)
- Artikel ringkasan sejarah dan entri ensiklopedis: Samudera
Pasai Sultanate (Wikipedia).
- Museum Samudera Pasai — koleksi dan publikasi
konservasi.
- Album Nisan Samudra Pasai (dokumentasi
prasasti/nisan).
- Laporan numismatik: katalog koin Samudra Pasai/Aceh.
- Tulisan populer dan kajian ringkas: Marco Polo &
Ibnu Battutah singgah di Pasai.
- Studi akademis lokal tentang pola ruang Samudra Pasai
dan pemakaman.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar