Minggu, 14 Desember 2025

KERAJAAN SAMUDRA PASAI (ACEH)

 


KERAJAAN SAMUDRA PASAI (ACEH)

dan Perannya dalam Perkembangan Agama Islam di Indonesia — Materi Lengkap

1. Gambaran umum singkat

Kerajaan Samudra Pasai (juga tertulis Samudera Pasai, Samudra atau Pasai) adalah sebuah kesultanan Islam pesisir di utara Pulau Sumatra yang muncul pada abad ke-13 M dan dianggap sebagai salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Letaknya strategis di jalur Selat Malaka sehingga menjadi pusat perdagangan antar-benua dan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.

 

2. Latar geografis dan alasan strategis

  • Terletak di pesisir utara Aceh (sekitar wilayah modern Lhokseumawe / Samudera).
  • Menghadap Selat Malaka — jalur utama pelayaran antara India, Timur Tengah, Tiongkok, dan Asia Tenggara — menjadikannya titik transit dan pemukiman pedagang Muslim.

 

3. Ringkasan kronologi singkat (timeline penting)

  • Abad ke-13 (sekitar 1267) — Tradisi menyebut pendiri: Merah Silu → memeluk Islam → bergelar Sultan Malik al-Saleh (variasi nama). (pendirian menurut Hikayat dan sumber tradisional).
  • 1292 — Marco Polo mencatat keberadaan pelabuhan berpenduduk Muslim di Sumatra utara yang kaya rempah.
  • 1297 (696 H) — Tahun wafatnya Sultan Malik al-Saleh tercatat pada batu nisan bertuliskan Arab (batu nisan paling sering dikutip sebagai bukti epigrafis paling awal).
  • 1345 — Ibnu Battutah singgah; melaporkan Samudra Pasai sebagai negeri Islam taat.
  • Abad ke-15 — ke-16 — Kejayaan, lalu tekanan dari pelabuhan lain; akhirnya wilayahnya diserap Aceh Darussalam pada abad ke-16 serta terdampak serangan Portugis.

 

4. Bukti-bukti arkeologis, epigrafis, dan numismatik (rincian — penopang utama keberadaan Samudra Pasai)

Catatan penting: Berikut adalah bukti-bukti fisik dan tertulis yang paling kuat secara ilmiah untuk mendukung eksistensi dan karakter Islam Samudra Pasai. Saya menandai lima pernyataan paling “load-bearing” di tiap sub-bagian dengan sitasi.

4.1. Batu nisan Sultan Malik al-Saleh (1297 M) — bukti epigrafis paling terkenal

  • Di daerah yang diidentifikasi sebagai lokasi Samudra Pasai ditemukan batu nisan (tombstone) yang bertuliskan Arab, yang mencantumkan tahun 696 H (≈1297 M) dan menyebutkan nama penguasa yang diyakini Malik al-Saleh. Nisan ini dianggap bukti epigrafis paling awal yang jelas menunjuk pada eksistensi kesultanan Islam di pantai utara Sumatra pada akhir abad ke-13.

Mengapa ini penting: Nisan bertulis Arab berusia 1297 M menegaskan secara langsung bahwa komunitas beridentitas Islam dan penguasa Islam yang terorganisir sudah ada pada waktu itu di wilayah tersebut — memindahkan bukti Islamisasi Nusantara dari sekadar kontak dagang menjadi institusi politik Islam.

 

4.2. Koleksi koin (dirham / dinar) / Numismatik

  • Penemuan koin dirham berinskripsi Arab yang terkait dengan Samudra Pasai dan situs-situs pesisir Aceh merupakan bukti kuat aktivitas ekonomi dan hubungan internasional yang berlabel Islam. Koleksi-koleksi koin ini sekarang disimpan di museum-museum lokal termasuk Museum Samudera Pasai. Studi numismatik menunjukkan sirkulasi koin Islam di kawasan tersebut sebagai bagian dari perdagangan internasional.

Mengapa ini penting: Koin bertulis Arab menandakan penggunaan simbol dan legitimasi Islam dalam mata uang — tanda pemerintahan terorganisir yang mengadopsi identitas Islam untuk transaksi ekonomi dan diplomasi.

 

4.3. Permakaman masa pertengahan (cluster makam Islam)

  • Terdapat banyak pemakaman Islam kuno (makam berinskripsi Arab) tersebar di pesisir utara Sumatra (Leubok Tuwe, Beuringen, Lampaseh, dan sekitarnya). Distribusi kompleks pemakaman ini membantu memetakan wilayah inti kerajaan dan menunjukkan keberadaan komunitas Islam yang mapan sejak abad ke-13 sampai ke-15.

Mengapa ini penting: Persebaran makam berusia lama adalah indikator permanensi komunitas Muslim — bukan hanya singgah pedagang — sehingga mendukung argumen bahwa Samudra Pasai adalah pusat politik dan keagamaan.

 

4.4. Artefak museum & koleksi lokal (Museum Samudera Pasai)

  • Museum Samudera Pasai (Aceh) menyimpan ratusan artefak: fragmen tembikar, perhiasan, koin, prasasti, dan sisa-sisa struktur bangunan yang dikaitkan dengan periode Kesultanan. Katalog museum dan penelitian konservasi lokal memberikan bukti material sehari-hari dan perdagangan yang mengokohkan narasi sejarah kerajaan.

Mengapa ini penting: Barang dagangan dan artefak domestik memperlihatkan pola kehidupan ekonomi-sosial dan kontak luar negeri yang mendukung catatan tertulis tentang Samudra Pasai sebagai pelabuhan yang hidup.

 

4.5. Sumber tulisan asing: catatan pelancong (Marco Polo, Ibnu Battutah) sebagai bukti konteks historis

  • Marco Polo (1292) menyebutkan pelabuhan kaya di Sumatra utara yang sesuai dengan lokasi Pasai. Ibnu Battutah (1345) mencatat lawatannya ke Samudra Pasai dan menjelaskan pemerintahan yang Islami serta kebiasaan masyarakatnya. Catatan-catatan ini memberikan kesaksian eksternal yang menguatkan bukti arkeologis.

Mengapa ini penting: Kesaksian pelancong dari luar memperkuat bukti materiil: mereka adalah pengamat independen yang mencatat Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan dan komunitas Islam dalam rentang waktu yang sama dengan bukti arkeologis.

 

5. Peran Samudra Pasai dalam penyebaran Islam di Nusantara (mekanisme & bukti pendukung)

Samudra Pasai memiliki beberapa peran utama yang jelas didukung bukti:

5.1. Pusat Pelabuhan & Perdagangan Internasional

  • Pelabuhan Pasai menjadi persinggahan pedagang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Hubungan dagang ini memfasilitasi pertukaran agama, budaya, dan ilmu. Bukti: catatan Marco Polo, artefak perdagangan, dan koin.

5.2. Pusat Ilmu & Ulama

  • Sumber tertulis (Ibnu Battutah) menyebut kegiatan pengajian dan hadirnya ulama. Kompleks makam dan prasasti memperlihatkan adanya tokoh-tokoh berpendidikan agama. Hal ini menunjukkan peran Pasai sebagai tempat belajar dan penyebaran ajaran Islam ke pulau-pulau tetangga.

5.3. Model Pemerintahan Islam Awal

  • Dengan adanya sultan bertitel Islam (bukti nisan bertuliskan Arab dan penggunaan istilah sultan), Samudra Pasai menunjukkan bagaimana institusi politik Islam terwujud: raja sebagai pemimpin duniawi dan religius. Ini menjadi model bagi kesultanan lain (Aceh, Perlak, Demak).

5.4. Jalur Penyebaran Islam ke Jawa dan Kepulauan Lain

  • Konektivitas pelayaran memungkinkan ulama, pedagang, dan pernikahan antar-komunitas menyebarkan Islam ke pesisir Sumatra, Selat Malaka, dan Jawa. Catatan sejarah dan arkeologi pesisir mendukung pola ini.

 

6. Studi arkeologi dan penelitian modern (ringkasan temuan akademis)

  • Penelitian arkeologis lokal dan survei permakaman di Aceh Utara mengidentifikasi sejumlah makam berinskripsi Arab (abad ke-13—15), fragmen koin, dan bahan budaya yang dikaitkan dengan periode Samudra Pasai. Museum Samudera Pasai mengoleksi artefak-artefak tersebut dan menjadi pusat konservasi serta studi. Beberapa publikasi akademik dan laporan penelitian elementer (lokal/universitas) mendorong penelitian lanjutan tentang pola pemukiman yang kini sebagian besar tertutup oleh lingkungan modern.

 

7. Faktor kemunduran dan integrasi ke Aceh Darussalam

  • Pada abad ke-16 terjadi intervensi kekuatan regional dan Eropa (mis. penjelajahan Portugis di Selat Malaka, dinamika politik regional). Samudra Pasai akhirnya punah/terintegrasi menjadi bagian dari Kesultanan Aceh Darussalam yang lebih besar pada awal abad ke-16. Catatan sejarah dan kronik lokal merekam proses ini.

 

8. Signifikansi historis dan arkeologis

  • Samudra Pasai adalah sumber bukti paling awal untuk institusi politik Islam terorganisir di Nusantara yang terkonfirmasi secara epigrafis (nisan 1297).
  • Kombinasi bukti: naskah asing (Marco Polo, Ibnu Battutah) + benda material (nisan, koin, makam, artefak museum) memberikan argumen multi-disipliner bahwa Islam bukan sekadar pengaruh perdagangan, tetapi sudah terinstitusionalisasi sejak abad ke-13 di kawasan ini.

 

9. Saran penggunaan materi untuk pembelajaran (RPP / tugas / LKPD singkat)

  • Pertemuan 1 (Pengenalan & Konteks): peta lokasi Pasai, baca catatan Marco Polo dan kutipan Ibnu Battutah.
  • Pertemuan 2 (Bukti Fisik): tampilkan gambar/gambar nisan Malik al-Saleh, foto koleksi koin, dan katalog museum (bisa pakai bahan dari Museum Samudera Pasai).
  • Tugas Proyek: siswa membuat laporan singkat “Jejak Samudra Pasai di lingkunganku” atau membuat timeline/infografik peristiwa penting.
  • Diskusi Kritis: “Seberapa kuat bukti arkeologis vs catatan asing dalam menetapkan Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara?” (latih literasi sumber).

 

10. Kesimpulan ringkas

Kerajaan Samudra Pasai berfungsi sebagai pionir institusi Islam di Nusantara. Bukti-bukti arkeologis (terutama batu nisan tertulis Arab tahun 1297 dan koleksi koin/artefak yang disimpan di museum), ditambah kesaksian pelancong internasional (Marco Polo, Ibnu Battutah) dan temuan permakaman, secara kolektif menegaskan peran Pasai sebagai pusat perdagangan, pemerintahan Islam, dan penyebaran agama Islam ke wilayah Nusantara selanjutnya. Bukti-bukti ini membuat pernyataan keberadaan dan pengaruh Samudra Pasai dari abad ke-13 menjadi sangat kuat secara ilmiah.

 

11. Bacaan & referensi singkat (sumber yang saya pakai)

  • Artikel ringkasan sejarah dan entri ensiklopedis: Samudera Pasai Sultanate (Wikipedia).
  • Museum Samudera Pasai — koleksi dan publikasi konservasi.
  • Album Nisan Samudra Pasai (dokumentasi prasasti/nisan).
  • Laporan numismatik: katalog koin Samudra Pasai/Aceh.
  • Tulisan populer dan kajian ringkas: Marco Polo & Ibnu Battutah singgah di Pasai.
  • Studi akademis lokal tentang pola ruang Samudra Pasai dan pemakaman.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Faktor Penyebab Keberagaman Geografis dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Masyarakat

  Faktor Penyebab Keberagaman Geografis dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Masyarakat Keberagaman geografis merujuk pada variasi bentang a...