Materi Lengkap: Pengaruh Kondisi Geografis terhadap Mata
Pencaharian Masyarakat
Pengantar
Kondisi geografis, yang mencakup topografi (bentuk muka bumi seperti
pegunungan, dataran rendah, pesisir), iklim, jenis tanah, ketersediaan air, dan
sumber daya alam, merupakan faktor utama yang membentuk mata pencaharian
masyarakat. Di Indonesia sebagai negara kepulauan dengan keragaman geografis
ekstrem—dari dataran tinggi hingga pesisir dan pulau-pulau terpencil—penduduk
beradaptasi dengan memanfaatkan potensi lokal untuk bertahan hidup. Pengaruh
ini menciptakan keragaman profesi, dari pertanian subsisten hingga industri
ekstraktif, sekaligus tantangan seperti perubahan iklim yang mengancam hasil
panen atau tangkapan ikan. Materi ini membahas secara terperinci hubungan ini,
dengan fokus pada wilayah-wilayah utama di Indonesia.
1. Pengertian dan Faktor Utama Pengaruh Geografis
terhadap Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah pekerjaan utama untuk memenuhi
kebutuhan hidup, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis fisik seperti:
- Topografi :
Pegunungan mendukung pertanian hortikultura, sementara pesisir
memungkinkan perikanan.
- Iklim
dan Curah Hujan : Iklim tropis mendukung tanaman tahunan, tapi
banjir atau kekeringan mengubah pola tanam.
- Sumber
Daya Alam : Tanah subur untuk pertanian, mineral untuk
pertambangan, hutan untuk kehutanan.
- Aksesibilitas :
Pulau terpencil membatasi diversifikasi, sementara lokasi strategis
mendorong perdagangan.
Menurut teori determinisme geografis, lingkungan fisik
menentukan pola ekonomi tradisional, meskipun faktor manusia seperti teknologi
dapat memodifikasi. Di Indonesia, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan
menyumbang signifikan terhadap PDB, dengan adaptasi lokal yang menciptakan
keragaman.
2. Pengaruh Berdasarkan Jenis Wilayah Geografis
a. Dataran Tinggi dan Pegunungan
Wilayah dengan elevasi >500 mdpl, suhu dingin (15-25°C),
tanah vulkanik subur, dan curah hujan tinggi mendukung pertanian intensif pada
tanah miring (terasering).
- Mata
Pencaharian Utama : Petani hortikultura (kentang, kubis, wortel,
bawang), perkebunan teh/kopi (misalnya Dieng, Jawa Tengah; Kerinci,
Sumatera), peternak sapi/sapi potong, pemandu wisata alam.
- Contoh :
Di Pegunungan Jayawijaya (Papua), masyarakat mendulang emas atau bertani
sagu; di Malang (Jawa Timur), petani apel dan sayur.
- Tantangan :
Erosi tanah, akses sulit, perubahan iklim mengurangi hasil panen.
b. Dataran Rendah
Area datar (<200 mdpl), tanah aluvial subur dari endapan
sungai, iklim hangat (25-30°C), cocok untuk tanaman pangan.
- Mata
Pencaharian Utama : Petani padi, jagung, karet, tebu; buruh tani;
pedagang hasil bumi.
- Contoh :
Sawah Jawa Tengah (padi), perkebunan sawit Sumatera Utara; di Desa
Arjowilangun, petani dan pedagang hasil pertanian.
- Tantangan :
Banjir musiman, degradasi tanah akibat intensifikasi.
c. Pesisir dan Pantai
Garis pantai panjang (99.000 km), perairan tropis kaya
plankton, tanah berpasir/karang.
- Mata
Pencaharian Utama : Nelayan tangkap/budidaya (ikan, udang, rumput
laut), pembuat garam/terasi, pemandu wisata bahari, pengrajin perahu.
- Contoh :
Masyarakat Bajo (Sulawesi) sebagai pelaut nomaden; pesisir Lombok untuk
rumput laut.
- Tantangan :
Abrasi, overfishing, kenaikan air laut.
d. Pulau-Pulau Kecil dan Terpencil
Kepulauan (17.000+ pulau), isolasi tinggi, sumber daya
terbatas.
- Mata
Pencaharian Utama : Nelayan, petani subsisten (kelapa, pisang),
pengumpul hasil hutan non-kayu (rotan, madu).
- Contoh :
Pulau-pulau Maluku (cengkeh, pala); Aru (perikanan tangkap).
e. Wilayah Hutan dan Lahan Basah
Hutan tropis luas (120 juta ha), rawa gambut.
- Mata
Pencaharian Utama : Pekerja kehutanan (kayu, rotan), petani
sawit/karet, pemburu hasil hutan.
- Contoh :
Kalimantan (kehutanan, sawit); Papua (kayu merah).
f. Wilayah Kaya Mineral
Gunung berapi aktif, deposit nikel/tembaga.
- Mata
Pencaharian Utama : Penambang (emas, batubara), buruh tambang.
- Contoh :
Freeport Papua, tambang nikel Sulawesi.
3. Dampak Iklim dan Perubahan Lingkungan
Curah hujan tinggi (2.000-3.000 mm/tahun) mendukung dua kali
panen padi, tapi El NiƱo menyebabkan gagal panen. Perubahan iklim mengurangi
tangkapan ikan 20-30% di pesisir, memaksa diversifikasi ke pariwisata.
4. Contoh Kasus Spesifik di Indonesia
|
Wilayah |
Kondisi
Geografis |
Mata
Pencaharian Dominan |
Kontribusi
Ekonomi |
|
Dataran Tinggi Dieng (Jawa Tengah) |
Vulkanik subur, dingin |
Petani kentang, teh |
Ekspor hortikultura |
|
Pesisir Wakatobi (Sulawesi) |
Terumbu karang, laut dalam |
Penangkap ikan, diving guide |
Pariwisata bahari |
|
Dataran Rendah Cirebon (Jawa Barat) |
Aluvial sungai |
Petani padi, peternak |
Ketahanan pangan nasional |
|
Pulau Natuna (Riau) |
Terpencil, ZEE luas |
Nelayan tuna, pengrajin garam |
Ekspor perikanan |
5. Tantangan dan Adaptasi Masa Depan
Tantangan: Isolasi pulau (biaya logistik tinggi),
degradasi SDA, urbanisasi mengurangi tenaga pertanian.
Adaptasi: Diversifikasi (agrowisata, akuakultur), teknologi (irigasi
tetes di dataran tinggi), kebijakan berkelanjutan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar