Di kampung sempit penuh cerita,
Di setiap sudutnya, tawa kita menggema,
Anak-anak berkerumun tanpa batas ruang,
Bermain, tertawa, hidup dalam kebahagiaan yang tak pernah hilang.
Sepak bola tanpa alas kaki,
Debu jalanan menyatu dengan langkah-langkah kecil kami,
Bola berlari di antara gelak tawa riang,
Tak peduli siang atau malam, kami tak mengenal lelah.
Kelereng bergulir di tangan-tangan kecil,
Mata-mata penuh harap menanti giliran,
Di bawah matahari yang hangat,
Semua terasa abadi, seolah tak pernah ada akhir dari kebahagiaan.
Dan ketika hujan turun dengan deras,
Sungai meluap, banjir datang—kami bersorak riang,
Berlarian ke sana, menanti air membawa kebebasan,
Mandi di bawah hujan, tawa meledak dalam aliran deras yang membawa kebahagiaan.
Oh, masa kecil, masa yang tak kenal henti,
Kami berlari di sepanjang jalan setiap hari,
Tanpa rasa lelah, tanpa beban yang mengikat,
Hanya ada permainan, persahabatan, dan cinta sederhana yang melekat.
Kini, rindu ini menjeratku dalam kenangan,
Rindu bertemu mereka, teman-teman sepermainan,
Berlarian lagi, sepatu terlupakan,
Menyusuri hari-hari yang penuh keceriaan tanpa batasan.
Masa kecil di kampung sempit yang ceria,
Selalu hidup dalam hati, tak pernah pudar oleh usia,
Setiap tawa, setiap langkah, setiap percikan hujan,
Adalah rindu yang abadi, yang takkan pernah terhapus oleh waktu yang berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar